MAHASISWA, sebuah kata yang tak asing
lagi kita dengar, sosok kaum intelektual, yang kesannya seorang aktivis, pemikirannya
yang tajam dan kritis, idealisme sebagai kemewahannya. Tetapi saat ini, mahasiswa
lebih cendrung menjadi mahasiswa yang apatis dari pada mahasiswa aktivis.
Kebanyakan mahasiswa lebih cenerung aktif
dalam perkuliahan saja, yang mana segala sesuatu diukur dari semester perkuliahan
dan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi dan untuk meraih gelar sarjana.
Ketika mahasiswa di tanya, kenapa
tidak mau mengikuti organisasi kampus? Jawabannya, “saya ingin fokus kuliah
saja, ditakutkan ketika saya ikut organisasi kampus, kuliah saya nanti
terhambat”. Tetapi dapat kita perhatikan
berdasarkan realita yang ada saat ini, banyak mahasiswa yang tidak mengikuti
oraganisasi kampus tetapi mereka tidak bisa menyelesaikan wisudanya dengan
cepat atau tepat waktu. Ada juga mahasiswa yang mengikuti organisasi kampus
dengan aktif tapi bisa menyelesaikan wisudanya dengan cepat dan tepat waktu. Kemudian
zaman saat ini mungkin kalian sering melihat dilingkungan kampus, seperti mahasiswa
yang berangkat ke kampus dengan kendaraan yang mewah karena gengsi, naik mator
berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Kemudian semakin berkembangnya
zaman, maka trend pun ikut berubah dan mempengaruhi lingkungan sekitar,
mahasiswa yang seharusnya banyak karya berubah menjadi mahasiswa yang banyak
gaya, mahasiswi kuliahnya membawa tas mewah dan limited edition, sehingga bingung
membedakan mana mahasiswi, mana yang ibu-ibu kondangan, pakai baju serba ketat,
agar kelihatan minim, menggunakan make up yang berlebihan agar terlihat cantik,
tetapi justru malah seperti badut, di kampus lebih sering di kantin, nongkong
dan berfoya-foya dari Pada berdiskusi tentang ilmu pengetahuan.
Ketika pulang kuliah lebih sering
sibuk dengan HP dan Game dari pada belajar, mahasiswa lebih banyak tidurnya
dari pada baca buku. Kemudian lebih asyik nongkrong, ngopi, dan
berfoya-foya bersama teman-temannya dari
pada mengerjakan tugas, sehingga banyak tugas-tugas perkuliahan yang belum
selesai. Mahasiswa terlalu terambung IPK yang mana huruf dan angka, yang masih
dianggap simbol, bahwa ia bisa, meskipun tak peduli hasil dari mana,
mendapatkan A atau B, yang penting tidak mengulang mata perkuliahan. Seharusnya
mahasiswa menikmati suasana kampus dengan mempelajari dalamnya ilmu
pengetahuan, aktif dalam organisasi untuk membentuk karakter dan menambah
wawasan baru, sering berdiskusi menyelami dalamnya sumber ilmu pengetahuan. Bukan
menghabiskan waktunya untuk tidur di kosan, bermain game, foya-foya, atau hal
yang tidak penting lainnya. Justru itu yang akan menghambat dunia perkuliahan
karena terlena dengan zona nyaman. Jika tidak mengikuti sebuah organisasi atau
forum diskusi, dengan alasan takut menghambat kelulusan, itu sebuah alasan yang kurang logis. Karena jika berbicara
masalah kesibukan, semua makhluk yang
memiliki jiwa dan raga pasti mendapati kesibukan. Kerja juga sibuk, membaca
juga sibuk, main juga sibuk, tidur juga sibuk, bahkan orang yang sudah
meninggal pun juga akan diminta pertanggung jawaban atas umur yang telah
diberikan oleh Allah SWT, tinggal kesibukan mana yang harus dipilih dan
bermanfaat baginya. Manusia diberi akal agar manusia dapat berfikir, berbeda
dengan hewan yang tidak diberi akal. Maka, ada istilah “manusia bisa membuat
kebun binatang, tetapi binatang tidak bisa membuat kebun manusia”. Sebagaimana pernyataan Descartes, seorang filsuf perancis yang dijuluki sebagai "bapak filsafat modern", mengatakan (cogito ergo sum) "saya berfikir maka saya ada ". Maka salah satu kesempurnaan manusia adalah yang menggunakan akalnya untuk berfikir.
Seharusnya dengaan akal tersebut
manusia dapat berfikir dan mengatur segala kebutuhannya. Karena “manusia yang
mengatur kesibukannya, bukan kesibukan yang mengatur dirinya”. Sebagaimana yang dikatakan oleh jean paul sartre, filsuf perancis yang terkenal adalah salah satu pemikir Eksistensialis yang membicarakan "manusia sebagai subjek yang eksistensial". Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa manusia sebagai subjek yang dapat mengatur segala aktivitasnya, karena manusia pebagai pelaku, jadi manusia yang mengatur waktu sehingga dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Kemudian bagi
mahasiswa yang aktif didalam keorganisasian, seharusnya memberikan contoh yang
baik kepada lingkungannya, terutama lingkungan kampus. Seorang aktivis seharusnya
kritis dengan kritis yang mendasar bukan omong kosong tanpa dasar atau teori. Biasa
berdiskusi membahas ilmu pengetahuan. Berkarya bukan banyak gaya, menjadi
aktivis yang berintelektual dan berkualitas tidak hanya sebatas popularitas. Memberikan
bukti empiris bukan sekedar janji manis, lulus tepat waktu bukan
menghambat-hambat waktu. Seorang aktivis menjadi teladan dan dapat meluruskan mindset
mahasiswa yang kurang tepat dalam berfikir. Salah satu merosotnya semangat berorganisasi
dikarenakan banyaknya mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti organisasi kemudian
kurang efektif dalam manage waktu sehingga terlambat lulus kuliah hanya
mempertahankan kepopularitasan dan dengan alasan super sibuk. Sehingga sikap
inilah yang membuat banyak mahasiswa lain salah dalam berfikir karena
dibayang-bayangi dengan rasa takut, “takut terlambat lulus kuliah, takut tidak
bisa membagi waktu karena kesibukan organisasi”. Inilah salah satu yang membuat
menurunnya semangat berorganisasi untuk menjadi seorang aktivis. Seharusnya seorang aktivis harus membuktikan bahwa organisasi bukan menghambat kelulusan, organisasi membantu dunia perkuliahan dalam menambah wawasan keilmuan, dan dapat wisuda tepat waktu. Sehingga dapat merubah mindset mahasiswa yang lain, yang tadinya beranggapan kuliah itu menghambat perkuliahan, berubah menjadi menyenangkan, bermanfaat, menambah wawasan baru membantu dunia perkuliahan dalam bidang keilmuan, dan pengalaman.
Oleh karena itu, marilah kita
perbaiki mindset cara berfikir kita, agar menjadi mahasiswa yang aktivis dan
berintelektual. Suka membaca, dan berdiskusi mendalami sumber ilmu pengetahuan,
lulus tepat waktu, bukan mengulur-ngulur waktu. Karena mahasiswa sebagai tulang
punggung negara, bagaimana negara republik kesatuan indonesia ini, bagaimana
agama di republik indonesia ini, sepuluh, dua puluh tahun yang akan datang, ada
di tangan para pemuda (mahasiswa). Sebagaimana yang dikatakan oleh Bung Karno, “berikan
aku sepuluh pemuda, maka akan aku goncangkan dunia”. Artinya peran pemuda
sangat penting untuk kemajuan bangsa. Jangan sampai kuliah hanya buang-buang
waktu agar tidak diterlihat nganggur atau pengangguran, akhirnya tetap saja
menjadi sampah masyarakat, meskipun sampah masyarakat yang bergelar. Ingatlah wahai
para pemuda (mahasiswa), waktu terus berputar, zaman terus maju dan berkembang,
jangan sampai kita tertinggal jauh dari peradaban, dan terseleksi alam. Diam tertinggal
atau bergerak untuk masa depan, bangkit dari zona nyaman untuk menggapai impian,
tak perlu banyak gaya tapi banyak karya. Ingatlah ada kesuksesan yang
menunggumu dan orangtua yang menantimu.
Luar biasa KK Adi,
BalasHapusLuar biasa KK Adi,
BalasHapusEmm, masih yg dulu kok, masih biasa biasa. Cuma pengen belajar lebih baik lg
BalasHapusMantap kak adi.
BalasHapusSemoga bermanfaat yaa��
BalasHapusBuat tulisan khusus untuk anak SMA donk, nanti aku bagikan ke anak2 didikku
BalasHapusSiap kk, in syaa Allah, nanti saya buatkan.
BalasHapusTerimakasih dukungannya kk. Semoga bermanfaat kk
Mantap pak adi👍
BalasHapus