Penulis: Adi Wijaya, S.Pd.
Aku tidak tahu Islam yang benar
menurut Allah itu seperti apa. Apakah Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW itu
sama dengan Islam yang ada pada zaman saat ini. Jika Islam yang benar itu
sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, lalu seperti apakah ajaran Nabi
Muhammad SAW yang sebenarnya. Jika Islam diturunkan dari Satu nabi yaitu Nabi
Muhammad SAW, tetapi kenapa Islam pada zaman saat ini berbeda-beda. Tetapi
Semua golongan umat Islam mengakui golongannya benar sesuai perintah Allah dan
Nabi Muhammad SAW, Muhammadiyah mengakui kebenarannya sesuai perintah Allah dan
Nabi Muhammad SAW. Nahdlatul Ulama’ juga mengakui kebenaran sebagai perintah
Allah dan Nabi Muhammad SAW, begitu juga dengan golongan yang lainnya. Jika
semuanya mengakui kebenaran menurut golongannya masing-masing, lalu manakah
yang paling benar, bukankah kebenaran itu hanya tunggal, tidak mungkin ganda. Jika
orang-orang golongan NU yang benar, apakah orang-orang golongan Muhammadiyah dan
yang lainnya itu salah dan masuk neraka, dan jika yang benar itu orang-orang
Muhammadiyah, apakah orang-orang golongan NU dan yang lainnya salah dan masuk
neraka. Lalu bagaimana dengan ibadah mereka yang selama ini mereka lalukan itu
salah, bukankah sia-sia semuanya.
Jika Islam yang benar itu Islam yang
berpegang teguh dengan al-Qur’an dan Hadist, lalu bagaimana cara memahaminya.
Bukankah memahami al-Qur’an dan Hadist itu menggunakan kemampuan rasio yang
diberikan oleh Allah SWT, tetapi bukankah pemikiran setiap orang itu
berbeda-beda, pasti akan timbul kontroversi beragama. Sehingga Islam bukan lagi
menurut Allah, Islam bukan lagi menurut Nabi Muhammad SAW, tetapi Islam menurut
Rasio masing-masing. Seperti yang dapat kita ketahui saat ini, kebenaran Islam
menurut K.H. Hasyim Asy’ari, kebenaran Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan, menurut
Buya HAMKA, dan yang lainnya. Maka jika demikian manakah Islam yang benar,
Islam yang benar-benar menurut Allah.
Bahkan ketika aku mencoba memahami
Islam dengan dasar al-Qur’an dan Hadist, tetapi mereka juga beranggapan bahwa
itu kebenaran Islam menurut aku sendiri, bukan kebenaran menurut Allah. tetapi
ya sudahlah, yang penting tidak taqlit buta, yang penting aku yakin dengan akal
sehat bahwa Islam yang aku yakini sesuai dengan Islam yang benar menurut Allah,
Islam yang berlandaskan al-Qur’an, hadist dan ajaran para ulama’. Karena untuk
belajar Islam tidak mungkin belajar secara langsung dengan Allah, tetapi Allah
telah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai seorang guru teladan yang
menyampaikan kebenaran dari Allah melalui perantara malaikat jibril, jika nabi
sudah tidak ada, bisa dengan sahabat, tabi’in, tabi’ut-tabi’in, dan ulama’.
Sama halnya jika kita ingin mengambil barang yang sangat jauh tidak harus pergi
ketempat pengambilan barang, tetapi bisa melalu pos, JNE, TIKI, atau jasa antar
barang yang lainnya. Artinya sama halnya kita saat ini, tidak harus secara
langsung belajar dengan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, tetapi bisa melalui
perantara al-Qur’an, hadist, dan para ulama’.
Tetapi yang perlu ditekankan bahwa
Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian bukan keributan apalagi
kehancuran. Karena setiap orang diberikan rasio oleh Allah untuk berpikir,
biarkan mereka mensyukuri dan memanfaatkan rasio yang telah diberikan oleh
Allah, memang pemikiran setiap orang berbeda-beda tetapi jangan jadikan
perbedaan sebagai permusuhan tetapi jadikan perbedaan sebagai seni keindahan
dalam hidup beragama dengan cara saling memahami satu sama lain, saling
menghargai satu sama lain, yang penting tetap berdasarkan al-Qur’an dan hadist,
karena kita hanya dibekali al-Qur’an dan hadist serta para ulama’ yang
melanjutkan dakwah nabi, yang akan membimbing kita dalam memahami teks tersebut.
Karena ulama’ juga sudah semaksimal mungkin untuk memahami al-Qur’an dan
hadist. Kemudian kita juga belum tentu lebih baik dari K.H. Hasyim Asy’ari, K.H
Ahmad Dahlan, buya HAMKA, Imam Al-Ghazali dan para ulama’ lainnya. Islam itu butuh persatuan bukan
perpecahan, dengan saling memahami dan menghargai kita akan bersatu, layaknya
pelangi dengan warna-warni perbedaan tetapi bersatu, sehingga menjadikan indah
dipandang. Sedangkan kita juga tidak tahu apakah kita akan masuk surga atau
neraka, dan kita juga tidak diberikan tiket atau sertifikat surga dan neraka
oleh Allah, dan kita juga bukan panitia surga dan neraka, tetapi yang jelas
kita adalah sebagai seorang hamba Allah yang membutuhkan Allah, yang
mengabdikan dirinya hanya kepada Allah dengan menyembah dan beribadah
kepada-Nya.
Ini mah tulisan high class, seperti penulisnya,. Mantap. Ditunggu karya berikutnya.
BalasHapusIni mah tulisan high class, seperti penulisnya,. Mantap. Ditunggu karya berikutnya.
BalasHapusAamiin, semoga bisa membawa manfaat, mohon dukungan dan support nya kk������
BalasHapusMantul mas wijaya, bermanfaat!
BalasHapusLanjutkan mas!!!
Siap. Terimakasih
BalasHapusSiap. Terimakasih
BalasHapus