Jumat, 27 Maret 2020

KEBENARAN ISLAM MENURUT ALLAH/KEBENARAN ISLAM MENURUT DIRI SENDIRI


Penulis: Adi Wijaya, S.Pd.


Aku tidak tahu Islam yang benar menurut Allah itu seperti apa. Apakah Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW itu sama dengan Islam yang ada pada zaman saat ini. Jika Islam yang benar itu sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, lalu seperti apakah ajaran Nabi Muhammad SAW yang sebenarnya. Jika Islam diturunkan dari Satu nabi yaitu Nabi Muhammad SAW, tetapi kenapa Islam pada zaman saat ini berbeda-beda. Tetapi Semua golongan umat Islam mengakui golongannya benar sesuai perintah Allah dan Nabi Muhammad SAW, Muhammadiyah mengakui kebenarannya sesuai perintah Allah dan Nabi Muhammad SAW. Nahdlatul Ulama’ juga mengakui kebenaran sebagai perintah Allah dan Nabi Muhammad SAW, begitu juga dengan golongan yang lainnya. Jika semuanya mengakui kebenaran menurut golongannya masing-masing, lalu manakah yang paling benar, bukankah kebenaran itu hanya tunggal, tidak mungkin ganda. Jika orang-orang golongan NU yang benar, apakah orang-orang golongan Muhammadiyah dan yang lainnya itu salah dan masuk neraka, dan jika yang benar itu orang-orang Muhammadiyah, apakah orang-orang golongan NU dan yang lainnya salah dan masuk neraka. Lalu bagaimana dengan ibadah mereka yang selama ini mereka lalukan itu salah, bukankah sia-sia semuanya.

Jika Islam yang benar itu Islam yang berpegang teguh dengan al-Qur’an dan Hadist, lalu bagaimana cara memahaminya. Bukankah memahami al-Qur’an dan Hadist itu menggunakan kemampuan rasio yang diberikan oleh Allah SWT, tetapi bukankah pemikiran setiap orang itu berbeda-beda, pasti akan timbul kontroversi beragama. Sehingga Islam bukan lagi menurut Allah, Islam bukan lagi menurut Nabi Muhammad SAW, tetapi Islam menurut Rasio masing-masing. Seperti yang dapat kita ketahui saat ini, kebenaran Islam menurut K.H. Hasyim Asy’ari, kebenaran Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan, menurut Buya HAMKA, dan yang lainnya. Maka jika demikian manakah Islam yang benar, Islam yang benar-benar menurut Allah.

Bahkan ketika aku mencoba memahami Islam dengan dasar al-Qur’an dan Hadist, tetapi mereka juga beranggapan bahwa itu kebenaran Islam menurut aku sendiri, bukan kebenaran menurut Allah. tetapi ya sudahlah, yang penting tidak taqlit buta, yang penting aku yakin dengan akal sehat bahwa Islam yang aku yakini sesuai dengan Islam yang benar menurut Allah, Islam yang berlandaskan al-Qur’an, hadist dan ajaran para ulama’. Karena untuk belajar Islam tidak mungkin belajar secara langsung dengan Allah, tetapi Allah telah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai seorang guru teladan yang menyampaikan kebenaran dari Allah melalui perantara malaikat jibril, jika nabi sudah tidak ada, bisa dengan sahabat, tabi’in, tabi’ut-tabi’in, dan ulama’. Sama halnya jika kita ingin mengambil barang yang sangat jauh tidak harus pergi ketempat pengambilan barang, tetapi bisa melalu pos, JNE, TIKI, atau jasa antar barang yang lainnya. Artinya sama halnya kita saat ini, tidak harus secara langsung belajar dengan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, tetapi bisa melalui perantara al-Qur’an, hadist, dan para ulama’.

Tetapi yang perlu ditekankan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian bukan keributan apalagi kehancuran. Karena setiap orang diberikan rasio oleh Allah untuk berpikir, biarkan mereka mensyukuri dan memanfaatkan rasio yang telah diberikan oleh Allah, memang pemikiran setiap orang berbeda-beda tetapi jangan jadikan perbedaan sebagai permusuhan tetapi jadikan perbedaan sebagai seni keindahan dalam hidup beragama dengan cara saling memahami satu sama lain, saling menghargai satu sama lain, yang penting tetap berdasarkan al-Qur’an dan hadist, karena kita hanya dibekali al-Qur’an dan hadist serta para ulama’ yang melanjutkan dakwah nabi, yang akan membimbing kita dalam memahami teks tersebut. Karena ulama’ juga sudah semaksimal mungkin untuk memahami al-Qur’an dan hadist. Kemudian kita juga belum tentu lebih baik dari K.H. Hasyim Asy’ari, K.H Ahmad Dahlan, buya HAMKA, Imam Al-Ghazali dan para ulama’ lainnya. Islam itu butuh persatuan bukan perpecahan, dengan saling memahami dan menghargai kita akan bersatu, layaknya pelangi dengan warna-warni perbedaan tetapi bersatu, sehingga menjadikan indah dipandang. Sedangkan kita juga tidak tahu apakah kita akan masuk surga atau neraka, dan kita juga tidak diberikan tiket atau sertifikat surga dan neraka oleh Allah, dan kita juga bukan panitia surga dan neraka, tetapi yang jelas kita adalah sebagai seorang hamba Allah yang membutuhkan Allah, yang mengabdikan dirinya hanya kepada Allah dengan menyembah dan beribadah kepada-Nya.

Jumat, 20 Maret 2020

APAKAH MENJADI AKTIVIS MENGHAMBAT KELULUSAN (WISUDA)? (Mahasiswa Zaman Now)




Penulis : Adi Wijaya, S. Pd.

MAHASISWA, sebuah kata yang tak asing lagi kita dengar, sosok kaum intelektual, yang kesannya seorang aktivis, pemikirannya yang tajam dan kritis, idealisme sebagai kemewahannya. Tetapi saat ini, mahasiswa lebih cendrung menjadi mahasiswa yang apatis dari pada mahasiswa aktivis. Kebanyakan mahasiswa lebih cenerung  aktif dalam perkuliahan saja, yang mana segala sesuatu diukur dari semester perkuliahan dan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi dan untuk meraih gelar sarjana.
Ketika mahasiswa di tanya, kenapa tidak mau mengikuti organisasi kampus? Jawabannya, “saya ingin fokus kuliah saja, ditakutkan ketika saya ikut organisasi kampus, kuliah saya nanti terhambat”. Tetapi  dapat kita perhatikan berdasarkan realita yang ada saat ini, banyak mahasiswa yang tidak mengikuti oraganisasi kampus tetapi mereka tidak bisa menyelesaikan wisudanya dengan cepat atau tepat waktu. Ada juga mahasiswa yang mengikuti organisasi kampus dengan aktif tapi bisa menyelesaikan wisudanya dengan cepat dan tepat waktu. Kemudian zaman saat ini mungkin kalian sering melihat dilingkungan kampus, seperti mahasiswa yang berangkat ke kampus dengan kendaraan yang mewah karena gengsi, naik mator berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Kemudian semakin berkembangnya zaman, maka trend pun ikut berubah dan mempengaruhi lingkungan sekitar, mahasiswa yang seharusnya banyak karya berubah menjadi mahasiswa yang banyak gaya, mahasiswi kuliahnya membawa tas mewah dan limited edition, sehingga bingung membedakan mana mahasiswi, mana yang ibu-ibu kondangan, pakai baju serba ketat, agar kelihatan minim, menggunakan make up yang berlebihan agar terlihat cantik, tetapi justru malah seperti badut, di kampus lebih sering di kantin, nongkong dan berfoya-foya dari Pada berdiskusi tentang ilmu pengetahuan.
Ketika pulang kuliah lebih sering sibuk dengan HP dan Game dari pada belajar, mahasiswa lebih banyak tidurnya dari pada baca buku. Kemudian lebih asyik nongkrong, ngopi, dan berfoya-foya  bersama teman-temannya dari pada mengerjakan tugas, sehingga banyak tugas-tugas perkuliahan yang belum selesai. Mahasiswa terlalu terambung IPK yang mana huruf dan angka, yang masih dianggap simbol, bahwa ia bisa, meskipun tak peduli hasil dari mana, mendapatkan A atau B, yang penting tidak mengulang mata perkuliahan. Seharusnya mahasiswa menikmati suasana kampus dengan mempelajari dalamnya ilmu pengetahuan, aktif dalam organisasi untuk membentuk karakter dan menambah wawasan baru, sering berdiskusi menyelami dalamnya sumber ilmu pengetahuan. Bukan menghabiskan waktunya untuk tidur di kosan, bermain game, foya-foya, atau hal yang tidak penting lainnya. Justru itu yang akan menghambat dunia perkuliahan karena terlena dengan zona nyaman. Jika tidak mengikuti sebuah organisasi atau forum diskusi, dengan alasan takut menghambat kelulusan, itu sebuah alasan  yang kurang logis. Karena jika berbicara masalah kesibukan, semua makhluk  yang memiliki jiwa dan raga pasti mendapati kesibukan. Kerja juga sibuk, membaca juga sibuk, main juga sibuk, tidur juga sibuk, bahkan orang yang sudah meninggal pun juga akan diminta pertanggung jawaban atas umur yang telah diberikan oleh Allah SWT, tinggal kesibukan mana yang harus dipilih dan bermanfaat baginya. Manusia diberi akal agar manusia dapat berfikir, berbeda dengan hewan yang tidak diberi akal. Maka, ada istilah “manusia bisa membuat kebun binatang, tetapi binatang tidak bisa membuat kebun manusia”. Sebagaimana pernyataan Descartes, seorang filsuf perancis yang dijuluki sebagai "bapak filsafat modern", mengatakan (cogito ergo sum) "saya berfikir maka saya ada ". Maka salah satu kesempurnaan manusia adalah yang menggunakan akalnya untuk berfikir. 
Seharusnya dengaan akal tersebut manusia dapat berfikir dan mengatur segala kebutuhannya. Karena “manusia yang mengatur kesibukannya, bukan kesibukan yang mengatur dirinya”. Sebagaimana yang dikatakan oleh jean paul sartre, filsuf perancis yang terkenal adalah salah satu pemikir Eksistensialis yang membicarakan "manusia sebagai subjek yang eksistensial". Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa manusia sebagai subjek yang dapat mengatur segala aktivitasnya, karena manusia pebagai pelaku, jadi manusia yang mengatur waktu sehingga dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Kemudian bagi mahasiswa yang aktif didalam keorganisasian, seharusnya memberikan contoh yang baik kepada lingkungannya, terutama lingkungan kampus. Seorang aktivis seharusnya kritis dengan kritis yang mendasar bukan omong kosong tanpa dasar atau teori. Biasa berdiskusi membahas ilmu pengetahuan. Berkarya bukan banyak gaya, menjadi aktivis yang berintelektual dan berkualitas tidak hanya sebatas popularitas. Memberikan bukti empiris bukan sekedar janji manis, lulus tepat waktu bukan menghambat-hambat waktu. Seorang aktivis menjadi teladan dan dapat meluruskan mindset mahasiswa yang kurang tepat dalam berfikir. Salah satu merosotnya semangat berorganisasi dikarenakan banyaknya mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti organisasi kemudian kurang efektif dalam manage waktu sehingga terlambat lulus kuliah hanya mempertahankan kepopularitasan dan dengan alasan super sibuk. Sehingga sikap inilah yang membuat banyak mahasiswa lain salah dalam berfikir karena dibayang-bayangi dengan rasa takut, “takut terlambat lulus kuliah, takut tidak bisa membagi waktu karena kesibukan organisasi”. Inilah salah satu yang membuat menurunnya semangat berorganisasi untuk menjadi seorang aktivis. Seharusnya seorang aktivis harus membuktikan bahwa organisasi bukan menghambat kelulusan, organisasi membantu dunia perkuliahan dalam menambah wawasan keilmuan, dan dapat wisuda tepat waktu. Sehingga dapat merubah mindset mahasiswa yang lain, yang tadinya beranggapan kuliah itu menghambat perkuliahan, berubah menjadi menyenangkan, bermanfaat, menambah wawasan baru membantu dunia perkuliahan dalam bidang keilmuan, dan pengalaman. 
Oleh karena itu, marilah kita perbaiki mindset cara berfikir kita, agar menjadi mahasiswa yang aktivis dan berintelektual. Suka membaca, dan berdiskusi mendalami sumber ilmu pengetahuan, lulus tepat waktu, bukan mengulur-ngulur waktu. Karena mahasiswa sebagai tulang punggung negara, bagaimana negara republik kesatuan indonesia ini, bagaimana agama di republik indonesia ini, sepuluh, dua puluh tahun yang akan datang, ada di tangan para pemuda (mahasiswa). Sebagaimana yang dikatakan oleh Bung Karno, “berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku goncangkan dunia”. Artinya peran pemuda sangat penting untuk kemajuan bangsa. Jangan sampai kuliah hanya buang-buang waktu agar tidak diterlihat nganggur atau pengangguran, akhirnya tetap saja menjadi sampah masyarakat, meskipun sampah masyarakat yang bergelar. Ingatlah wahai para pemuda (mahasiswa), waktu terus berputar, zaman terus maju dan berkembang, jangan sampai kita tertinggal jauh dari peradaban, dan terseleksi alam. Diam tertinggal atau bergerak untuk masa depan, bangkit dari zona nyaman untuk menggapai impian, tak perlu banyak gaya tapi banyak karya. Ingatlah ada kesuksesan yang menunggumu dan orangtua yang menantimu.

Rabu, 18 Maret 2020

I'TIBAR COVID-19 DALAM ASPEK RELIGIOUS DAN EDUCATION



Penulis : Adi Wijaya, S.Pd

Pada bulan maret tahun 2020 seluruh warga Indonesia dibuat panik dengan adanya wabah atau virus corona atau covid-19 yang berasal dari wuhan di negara cina, kini telah menyebar ke negara republik indonesia. Saya disini tidak membahas mendalam terkait virus corona, karena yang berhak membahas adalah ahlinya dalam bidang kesehatan, tetapi disini saya akan membahas “I'tibar covid-19”, karena setiap apa yang terjadi pasti ada pelajaran yang dapat kita ambil dan dapat kita jadikan pelajaran atau bahan renungan. Akan tetapi agar memahami sedikit tentang virus corona maka saya akan mengutip dari yang ahlinya mengenai penjelasan covid-19. Disini saya mengutip dari penjelasan WHO (World Health Organization) organisasi kesehatan dunia, agar memberikan penjelasan kepada pembaca “apa itu covid-19”.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi nama Covid-19 yang merupakan nama penyakit yang disebabkan virus corona atau virus SARS-CoV-2. Pengertian dari virus corona atau covid-19 yaitu yang berarti bahwa “co” berarti “corona”, “vi” untuk “virus”, dan “d” untuk “disease (Penyakit)”, serta angka 19 di belakangnya merujuk pada tahun munculnya yaitu 2019. Tetapi pada 30 januari 2020 Covid-19 dinyatakan sebagai darurat kesehatan masyarakat internasional, tidak terkecuali negara indonesia dimana bulan maret 2020 ini seluruh warga indonesia sedang siaga virus covid-19. Penyebab infeksi coronavirus yaitu seperti, percikan air liur pengidap (batuk dan bersin), menyentuh tangan atau wajah orang terinfeksi, menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena percikan air liur pengidap virus corona. Gejala virus corona yang terbilang ringan seperti, hidung beringus, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, demam, merasa tidak enak badan. Gejala yang parah seperti, demam tinggi, batuk lendir, sesak napas, dan nyeri dada sesak bernafas dan batuk. Pencegahan virus corona bisa dilakukan dengan sering mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik hingga bersih, hindari menyentuh wajah, hidung, mulut ketika belum cuci tangan, dan hindari kontak langsung dari orang yang sakit.
I'tibar dari covid-19 untuk kita jadikan sebagai renungan dan kita jadikan pelajaran, dengan adanya virus corona ini seharusnya membuat kita sadar akan pentingnya kebersihan dan menjaga poha hidup sehat, serta menjauhi segala apa yang dilarangan oleh Allah dan mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah. Karena tidak ada yang hebat dan berkuasa di muka bumi ini, karena Allah lah “Rabb” Tuhan yang menguasai seluruh alam semesta ini. Kemudian, Salah satu Pencegahan virus corona bisa dilakukan dengan sering mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik hingga bersih. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa pentingnya menjaga kebersihan. Bahkan dalam islam kebersihan sangat dianjurkan, seperti berwudhu, mandi janabat, mandi sebelum melaksanakan sholat jum’at, bahkan sampai begitu menjaganya dan dianjurkannya kebersihan tersebut, maka dalam islam ketika ada yang meninggal dunia si mayat tersebut dimandikan terlebih dahulu sebelum dikuburkan. Jika anjuran dari kesehtan pencegahan salah-satunya mencuci tangan, dalam islam ada namanya berwudhu, dalam wudhu pun melakukan cuci tangan, bahkan tidak hanya cuci tangan saja, tetapi mencuci bagian wajah (baik itu hidung, mulut, telinga), kepala, dan kaki.
Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa dalam syari’at islam tidak hanya sebatas syari’at, tetapi terdapat nilai-nilai kebersihan. Tetapi jika kita berpikir lebih luas bahwa yang namanya kebersihan tidak hanya dalam bentuk pemeliharaan anggota tubuh saja tapi dalam seluruh aspek kehidupan, salah satunya menjaga kebersihan lingkungan, memakan makan yang bersih dan sehat, halal dan baik. karena penyakit yang kita hindari tidak hanya penyakit virus corona saja tetapi semua virus dan penyakit.
Kemudian dalam islam biasanya wudhu dilakaukan sebelum melaksanakan ibadah sholat, bahkan wajib berwudhu sebelum melaksankan ibadah sholat. Artinya ada maksud yang bisa kita ambil pelajaran antara wudhu dengan ibadah sholat yang tidak bisa di pisahkan. Selain mengandung makna bahwa dalam bentuk syari’at dan adab sebelum menyambah Tuhan yang Maha Kuasa yaitu Allah, maka harus membersihkan jiwa dan raga dengan cara mandi dan berwudhu. Tetapi bisa kita ambil pelajaran bahwa wudhu juga salah satu cara agar kita selalu menjaga kebersihan dan kesehatan. Kemudian ibadah sholat,  kenapa sebelum sholat harus berwudhu, dari sini dapat kita ambil pelajaran bahwa, selain penjagaan dan usaha kita agar selalu sehat, bahwa kita juga harus selalu ingat bahwa Allah lah yang Maha Kuasa atas segala yang terjadi diseluruh alam semesta ini. Artinya kita tidak boleh sombong dan lupa kepada Sang Pencipta yaitu Allah. Maka sudah seharusnya kita Menyambah Allah, meskipun itu perintah dan termasuk dalam rukun islam, ibadah sholat juga sebagai tanda bersyukur kita sebagai seorang hamba, karena kita telah diberikan kehidupan, kesehatan, iman dan islam. Oleh karena itu, dengan adanya virus corona ini, kita jadikan sebagai muhasabah teguran dari Allah dan kita ambil pelajaran, bahwa kita agar senantiasa takwa kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dengan menjalankan segala perintahnya dan menjahui segala larangannya.
Wabah covid-19 ini menyerang siapa saja, tidak memandang, dia orang kaya, miskin, kuat, lemah, hebat, cantik, tanpan atau jelek, pejabat atau rakyat biasa. Bahkan lebih memprihatinkan lagi, banyak orang ketika terkena covid-19 dia meninggal dunia. Artinya bahwa tidak ada yang hebat di dunia ini, hanya Allah lah yang Maha Kuasa yang akan Kekal, karena semua orang pasti akan meninggal dunia, “kullu nafsin dzaiqotul maut” Q.S. al-Ankabut ayat 57. Maka kita ambil pelajaran bahwa dengan adanya covid-19 ini untuk mengingatkan kita pada kematian, sudahkah kita mempersiapkan kematian, sudahkah kita berbuat baik kepada seluruh makhluk hidup, sudahkah kita beribadah dengan baik. begitu banyak manusia yang dibutakan oleh dunia sehingga lupa dengan urusan-urusan akhiratnya.
Bahkan sampai memprioritaskan urusan dunia dan melalaikan urusan akhirat atau hubungan vertikal antara seorang hamba dengan pencipta-Nya. Sehingga seluruh aktivitas (baik itu sosisal, politik, ekonomi) bahkan dalam mengkonsumsi makanan, tidak lagi memperhatikan halal dan haram, akan tetapi halal-haram hantam demi mendapatkan apa yang mereka inginkan, baik itu halal-haram dalam prodak atau caranya untuk mendapatkan yang diinginkan. Infonya dari para pakar mengatakan bahwa virus corona ini muncul dari pasar seafood yang ada di wuhan (cina) yang menyediakan makan-makanan berupa hewan liar. Entah itu benar atau tidak karena sampai saat ini belum ada kejelasan yang jelas terkait kebenaran tersebut, tetapi dapat kita ambil pelajaran bahwa pentingnya memperhatikan kehalalan dalam aktivitas kehidupan ini, baik halal dalam prodak maupun halal dalam caranya. Karena setiap apa yang Allah haramkan, selain menguji ketaatan kita kepada Allah, pasti ada keburukan yanag akan membahayakan dan merugikan pada diri kita.
Kemudian dengan adanya wabah covid-19 banyak pendidikan-pendidikan di sekolahan ditutup sementara, kurang lebih  2 minggu, tetapi dengan catatan belajar di rumah. Pelajaran yang dapat kita ambil dengan adanya belajar di rumah bahwa, dimana begitu pentingnya orangtua dalam pendidikan anak, karena orangtua faktor pendongkrak pendidikan utama pada anak. Dimana guru tidak hanya  di sekolahan tetapi orangtualah guru pertama pada anak, jika orangtua salah mendidik atau tidak bisa mendidik maka mau dibawa kemana tujuan akhir dalam keluarga, bagaimana nasib anak, bagaimana nasib bangsa, bagaimana nasib negara kususnya negara kesatuan republik indonesia ini. Dari sinilah kita akan tahu seberapa pedulinya orangtua pada pendidikan dan belajar anak. Karena anak-anak tidak hanya butuh uang jajan, mereka juga butuh support orangtuanya. dengan ini orangtua akan tahu bagaimana perjuangan para pendidik  mendidik anak-anak ketika di sekolahan, bagaimana para pendidik mendidik anak, dan tidak hanya mendidik satu atau dua anak tetapi ratusan anak dengan karakter yang berbeda-beda.
Apalagi sekarang sering sekali mendengar berita baik di media sosisal, elektronik, maupun cetak, sering mendengar kabar guru yang dituntut oleh orangtua atau wali siswa gara-gara mengeluarkan anaknya karena melanggar aturan sekolah, mencubit, memukul, tetapi tidak lain itu semua dilakukan karena berusaha mendidik anak baik dalam kedisiplinan, keruhanian, intelektual, dan emosional, agar anak tersebut jera dan sadar. Tetapi pada realitanya usaha itu sia-sia malah berbalik menjadi penjatuhan kehormatan atau martabat seorang guru dimana malah menjadi tuntutan orangtua dengan alasan kekerasan pada anak, atau  perlindungan anak, hak asasi manusia atau yang lainnya. Maka wajar jika ada slogan-slogan dari guru “jika tak mau dididik dengan peratuan sekolah yang ada maka silahkan didik anaknya di rumah sendiri”. Seharusnya dengan adanya kejadian covid-19 yang menutup sekolahan kurang lebih 2 minggu seharusnya menjadi tamparan bagi orangtua atau wali khususnya bagi yang sering menuntut guru, selalu menyalahkan guru di sekolah, sudah bisakah ia menjadi orangtua yang baik, mendidik anaknya dengan baik di rumah, karena orangtua adalah guru utama pendidikan pada anak. Sekarang orangtua di rumah disuruh mencoba, menjadi guru bagi anak-anaknya di rumah, bagaimana memperjuangan pendidikan seorang anak, mengatur, mengarahkan, menyadarkan, bahkan mencerdaskan. Mungkin ini hanya waktu yang sebentar dalam 2 minggu, bagaimana jika pendidikan itu ditutup sampai sebulan, dua bulan, setahun, atau malah tidak ada pendidikan sama sekali, bagaimana nasib anak tersebut jika orangtua belum bisa menjadi guru sebagai contoh yang baik pada anaknya, sedangkan pendidikan termasuk kebutuhan pada setiap insan.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa begitu banyak i'tibar yang dapat kita pelajari dengan munculnya wabah covid-19, agar kita menjadi lebih bijak dalam berpikir dan bertindak. Tidak hanya itu ternyata Islam itu sempurna, tidak hanya memperhatikan masalah syari’at saja, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan. Islam telah mengajarkan pola hidup sehat, contohnya saja dalam berwudhu dan mandi, selain anjuran dalam islam tetapi mengandung nilai-nilai kebersihan. Kemudian ketaatan kita kepada Allah dalam iman dan takwa selain dalam bentuk syari’at tetapi sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah agar kita menjadi hamba yang rendah hati, dan selalu berbuat baik kepada semua manusia sehingga terwujudnya humanisme, karena ia tahu bahwa suatau saat kematian itu akan tiba, maka ia perlu mempersiapkannya, salah satunya dengan memperbaiki pendidikan keluarga, karena anak sebagai aset berharga baik bagi orangtua, bangsa, dan negara, bahkan anak juga bisa mengantarkan kita pada ujung kehidupan, apakah neraka atau surga. Kemudian  dianjurkan  agar tidak  kontak langsung dengan orang karena untuk menjaga kehati-hatian agar terjaga dan tidak terinfeksi coronavirus, seharusnya dari sini kita dapat berfikir bahwa Allah ingin menyadarkan hambanya agar menjaga jarak agar tidak bersentuhan dengan yang bukan mukhrimnya yang sudah melewati batas normal. Kemudian dianjurkan menggunakan masker agar terlindungi agar tidak terinfeksi virus corona, seharusnya kita sadar bahwa Allah ingin kita menutup auratnya agar terhindar dari virus atau kejahatan, karena begitu banyak khususnya para wanita yang tidak menutup auratnya karena mengikuti trend yang tidak sesuai dengan syari'at islam.  Tetapi perlu ditekankan bahwa kita tidak perlu takut pada wabah covid-19, tetapi takutlah kepada Allah karena hidup dan mati kita ada ditangan-Nya. Tetapi kita tetap beriktiar, usaha, berdoa agar kita terhindar dari covid-19 dan semua penyakit serta keburukan, dengan niat dan tujuan agar semata-mata jika kita sehat, kita beribadah kepada Allah bisa lebih nikmat dan lebih sempurna melaksanakannya.

Minggu, 10 Desember 2017

ISLAM DAN POLITIK DI INDONESIA






 Penulis: Adi Wijaya

  Islam merupakan ajaran yang menyeluruh, mengatur segala aspek kehidupan secara terpadu. Islam mempunyai hubungan yang integral dengan politik, sosial, ekonomi, hukum, pendidikan, keluarga dalam masyarakat. Islam merupakan agama yang mengatur kehidupan manusia, termasuk tentang negara dan politik. Dalam buku Politik Islam karya Muslim Mufti, dijelaskan secara bahasa kata politik merupakan hasil serapan dari bahasa Inggris, yaitu politic yang artinya “mengatur”. Dalam bahasa Arab diistilahkan siyasah, berasal dari kata sasa-yasusu-siasatan, artinya “mengurus”. Kemudian dari bahasa Yunani, yaitu polis yang berarti kota atau negara kota. Dari kata polis ini diturunkan kata-kata lain, seperti polites (warga negara) dan politikos yang berarti “kewarganegaraan”. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan secara umum bahwa politik adalah segala sesuatu yang menyangkut kekuasaan dalam mengatur kepentingan dan kebaikan rakyat secara keseluruhan demi tujuan yang dicapai.

Adapun umat islam berbeda pendapat tentang pengertian politik dalam syariat islam. Pendapat pertama menyatakan bahwa islam adalah suatu agama yang serba lengkap,  yang serba di dalamnya terdapat sistem ketatanegaraan ataupun politik. Dalam bahasa lain, sistem politik atau fiqh siyasah merupakan bagian intergral dan ajaran islam. Sistem keteladanan yang harus diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW dan para Khulafaur Rasyidin, yaitu sistem khalifah.
Pendapat kedua menyatakan bahwa islam adalah agama, artinya agama tidak ada hubungannya dengan urusan ketatanegaraan atau sistem pemerintahan. Karena Nabi Muhammad SAW seorang rasul yang mempunyai misi menyiarkan agama, bukan sebagai pemimpin dan pengatur negara.

Berdasarkan penjelasan di atas menimbulkan kontraversi antara Islam dan negara. Pendapat pertama lebih menekankan bahwa politik merupakan bagian integral dan ajaran islam, dan sistem yang harus dilaksanakan yaitu sistem khalifah seperti sistem Khulafaur Rasyidin. Kemudin pendapat kedua bahwasanya islam dan negara adalah suatu hal yang berbeda, islam adalah agama bukan negara. Berdasarkan perbedaan pendapat inilah yang menyebabkan banyak perdebatan dan permasalahan umat islam dalam berpolitik di indonesia.

Sehingga banyaknya umat islam di indonesia berpolitik untuk menyebarkan agama islam, bahkan ada yang bertujuan untuk mendirikan sistem khalifah seperti Khulafaur Rasyidin. kemudian banyak orang yang beranggapan bahwa untuk kesejahteraan rakyat dan menyiarkan  islam harus melalui politik, tanpa berpolitik maka kita akan di pimpin oleh rezim yang zholim. Tetapi dapat kita perhatikan berdasarkan realita yang ada saat ini, bahwa kebanyakan orang yang mengikuti politik, banyak dari mereka terjerumus dan jauh dari nilai-nilai agama, seperti terjadinya permusuhan, perkelahian, sogok-menyogok, saling menghina, saling merendahkan, saling menjatuhkan, bahkan bisa saling membunuh demi merebutkan  jabatan. Banyak fenomena-fenomena yang kurang baik dalam dunia politik saat ini, contohnya saja politik yang ada di masyarakat seperti dalam pemilihan Presiden, Gubernur, Kepada Desa, Walikota, dan lain sebagainya. Sering sekali kita melihat kejadian-kejadian yang mana saling menjelekan satu sama lain, saling menyogok saling menjatuhkan, saling membanting kursi, saling memukul dan banyak tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai agama. Bahkan ketika seseorang sudah mendapatkan jabatan, banyak sekali ketentuan-ketentuan yang tidak sesuai dengan apa yang telah di sampaikan sebelum menjadi pemimpin, seolah-olah perkataan dan visi misi yang di sampaikan itu hanya sekedar orasi, meyakinkan rakyat agar percaya dengan apa yang di sampaikan dan membuktikan bahwa dia lah yang paling hebat dan paling benar dari yang lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa dapat kita ketahui begitu jauhnya dari norma atau nilai-nilai agama.  Kemudian jika Islam itu di jadikan tujuan dalam berpolitik di negara indonesia atau untuk membentuk sistem khalifah, maka yang ada adalah kehancuran pada negara indonesia. Karena indonesia adalah negara yang beridiologi pancasila dan membangun semangat nasionalisme dalam memperkokoh keutuhan NKRI, bangsa indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama. Jika dalam berpolitik itu tujuannya untuk menyiarkan agama islam maka itu tidak akan bisa, karena masyarakat indonesia terdiri dari agama yang berbeda-beda dan akan mempertahankan agamanya masing-masing, jika Islam di jadikan tujuan dalam berpolitik di negara indonesia maka masyarakat yang beragama, Kristen, Budha, Hindu, akan memberontak dan bersaing di dunia politik untuk merebut kekuasaan dengan tujuan menyiarkan agama mereka masing-masing. Sehingga jika demikian yang akan terjadi adalah bentrok antar agama, jika sudah benterok antar agama, maka terpecah-belahnya persatuan bangsa, jika bangsa sudah berpecah-belah sehingga terjadilah kahancuran suatu negara tersebut.

Maka Soekarno juga telah menegaskan adanya pemisahan antara hubungan negara dengan Islam karena baginya agama islam merupakan urusan akhirat hubungan vertikal dengan tuhan, Bahkan dalam islam Nabi Muhammad SAW hanya seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain, yang mempunyai misi menyiarkan agama, bukan sebagai pemimpin, pengatur negara atau merebut kekuasaan, sedangkan negara merupakan hubungan horizontal yang bersifat keduniaan. Pemisahan anatara Islam dan negara menunjukan bahwa Islam tidak bisa menjadi tujuan dalam berpolitik di indonesia. Tetapi agama islam dapat digunakan untuk membentuk masyarakat yang mempunyai nilai dan moral yang baik dalam bernegara. Sehingga negara tersebut menjadi negara yang aman, adil, tentam, sejahterah, dan spiritualitas.

Kehancuran suatu negara itu juga di sebabkan karena jauhnya masyarakat dari nilai-nilai agama. Contonya saja dalam politik di indonesia saat ini, banyak sekali politik-politik yang kurang baik. politik diartikan sebatas pengaturan kekuasaan, bahkan menjadikan kekuasaan sebagai tujuan dari politik. Akibatnya yang terjadi hanyalah kekacauan dan perebutan kekuasaan, bukan untuk mengurusi rakyat. Kurang baiknya politik di indonesia karena masyarakat belum tertanam nilai-nilai agama. Sehingga yang terjadi saling sogok-menyogok, saling bermusuhan, saling menjatuhkan dan lain sebagainya.

Maka dari itu, mengapa hubungkan Islam dengan politik dalam membentuk negara islam tidak realistis diterapkan di indonesia. Karena indonesia bukan negara islam tetapi negara yang membangun semangat nasionalisme dalam memperkokoh keutuhan NKRI, dan indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama. Indonesia bukanlah negara agama, tetapi negara yang beragama. dan politik dapat digunakan untuk mencapai suatu tujuan keadilan sosial, kesejaterahan rakyat, aman, makmur dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia, bukan untuk menyiarkan islam atau mendirikan negara islam. Kemudian mengapa politik di indonesia salah satunya dalam sistem demokrasi banyak kecurangan dan banyak tindakan-tindakan yang kurang baik, itu karena norma dan nilai-nilai agama salah satunya ketauhidan belum tertanam dengan baik pada masyarakat indonesia. Jadi bukan kesalahan pada politik atau sistem demokrasinya tapi pada rakyatnya dalam pelasanaan demokrasi. Jika rakyat sudah tertanam nilai-nilai agama dan ketauhidan yang baik, maka politik yang digunakan dalam sistem apapun, baik demokrasi ataupun musyawarah,pasti  akan berjalan dengan baik, bahkan negara juga akan aman dan sejahterah. Dan islam bisa dijadikan sebagai seperangkat tata nilai etika dalam  mengisi kehidupan bernegara.